Minggu, 24 Agustus 2014

GUNUNG AGUNG BALI

Bali begitu banyak menyimpan tujuan wisata, baik wisata pantai maupun wisata alam dataran tinggi. Mendaki gunung tertinggi di pulau Bali, yaitu Gunung Agung menjadi wisata yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Lubang kawah berdiameter sekitar 500 meter menjadi salah satu daya tarik Gunung Agung. Keindahan alam inilah yang menarik siapapun untuk mendaki puncak Gunung Agung.
Bagi masyarakat Hindu Bali, Gunung Agung merupakan gunung yang disucikan. Menurut kepercayaan mereka, di Gunung Agung terdapat istana Dewata, dan dewa-dewa tinggal di gunung ini.
Untuk mencapai ke puncak ada beberapa jalur pendakian yang umum digunakan. Pertama, dari sisi selatan melalui Pura Pasar Agung, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Kedua, dari sisi tenggara melalui Budakeling lewat Nangka. Jalur ketiga, yaitu melalui sisi barat daya lewat Pura Besakih. Jalur ketiga inilah yang paling populer di kalangan para pendaki. Karena untuk menggapai puncak tertingginya hanya bisa dilalui melalui komplek pura terbesar ini di Bali.

Apabila mendaki Gunung Agung melalui jalur Pura Besakih di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, pendaki akan disuguhkan panorama alam Bali yang sangat indah. Hijaunya persawahan serta beberapa Pura berukuran besar dan kecil menjadi pemandangan yang eksotis
Sebelum mendaki, pendaki harus melapor ke petugas, kemudian pendaki akan ditemani oleh seorang pemandu perjalanan. Sebagai informasi, semenjak kecelakaan terakhir yang menewaskan 3 orang pendaki tahun 2008 silam, maka sejak tahun 2009 setiap kegiatan pendakian gunung agung diwajibkan menggunakan pemandu lokal. Dengan biaya Rp. 350.000,- untuk satu orang pemandu lokal.

Hal tersebut berdasarkan kesepakatan masyarakat adat setempat demi meminimalisasi kejadian serupa serta menjaga kesucian Gunung Agung. Jika ada musibah seperti orang hilang atau tewas, biasanya akan diadakan ritual untuk menyucikan kembali Gunung Agung dengan biaya cukup besar.
Pendaki dialihkan melalui jalur Dusun Junggul, yang diresmikan 26 Desember 2010. Jalur ini tidak akan melewati pura, sebagaimana jalur Besakih yang lama. Dusun Junggul berada di sekitar sisi kanan atas komplek Pura Besakih dengan ketinggian sekitar 1200 meter. Jalur baru ini lebih cepat dari jalur pendakian lama. Persediaan air mestilah disiapkan sebelum memulai mendaki, karena sepanjang jalur daki tidak ditemukan sumber air.
Sekitar setengah jam pertama jalur pendakian masih sedikit landai dengan vegetasi semak dan hutan. Berikutnya jalur pendakian semakin menanjak melalui punggungan dengan jurang di sisi kiri dan kanannya. Pada jalur terjal, kemiringan rata-rata lebih dari 55 derajat. Walaupun begitu,  jalur ini sungguh menarik dan penuh tantangan. Hutannya masih cukup terjaga dengan baik dan layak dijadikan jalur alternatif utama pendakian gunung Agung malalui Besakih. Pada jalur ini banyak ditemui hewan kecil seperti pacet. Sekitar 3 jam, pada ketinggian 1935 mdpl, pendaki akan sampai pada dataran pertama yang bisa dijadikan area untuk mendirikan tenda. Area ini tidak terlalu luas namun cukup menampung 1 atau 2 tenda ukuran 2-3 orang.
Selanjutnya, medan pendakian semakin bertambah terjal. Mendekati batas vegetasi jalur pendakian dengan kemiringan hampir mencapai 70 derajat. Jalur yang berbatu serta sedikit berlumut menuntut kehati-hatian pendaki.Di lokasi yang berada pada ketinggian sekitar 2.680 meter ini memang tidak luas dan sedikti sulit mencari tempat untuk mendirikan tenda. Namun ada satu atau dua tempat yang cukup untuk menampung 1 tenda berukuran 2-4 orang.

Tempat ini sendiri sudah berada di atas Kori Agung atau Boike apabila melalui jalur lama.Di pagi hari, di tempat ini, terlihat panorama yang begitu indah. Dari ketinggian, nampak gunung Batur dengan danaunya serta Gunung Abang berbalut sedikit awan. Di sisi lain terlihat hijaunya lembah-lembah serta laut dengan batas pantainya. Jauh di bawah nampak desa-desa yang berada di sekitar kaki gunung Agung.





Jalur pendakian selanjutnya hanyalah berupa punggungan tipis dengan jurang di kiri dan kanannya. Di kejauhan terlihat puncak tertingginya. Pendaki harus berjalanan di atas punggungan tipis menuju puncak gunung Agung dituntut kehati-hatian yang tinggi. Selama pendakian kita harus bisa memperhatikan cuaca dan angin yang terkadang bertiup cukup kencang. Juga kabut yang datang silih berganti.
Tidak sampai setengah jam dari camp semula pendaki akan tiba di puncak kedua. Dari sini puncak tertinggi menara suci di Bali tampak terlihat jelas. Jalur pendakian nampak terlihat tipis dengan jurang di sisi kiri dan kanannya. Medan pendakian tersebut terlihat mengagumkan dan meningkatkan adrenalin bagi siapa saja yang melihatnya. Di kejauhan terlihat sebuah longsongan di sisi kanan jalur yang terlihat masih baru.

Puncak Gunung Agung hanya berukuran sekitar 2 x 1 meter. Nampak di depan kami kawah Gunung Agung dengan dinding kawahnya yang berwarna kekuningan. Dinding kawah terlihat berwarna kuning keemasan.
Pada tahun 1963 gunung ini mengalami letusan yang dahsyat. Asap letusan bahkan membumbung tinggi hingga mencapai lebih dari 10.000 meter di atas puncak. 

Menelan hingga 1000 lebih korban jiwa. Besarnya dampak letusan hingga membuat kehidupan normal di Bali baru kembali diawal tahun 1970.
Gunung Agung kini mempunyai tinggi ± 3.044 meter. Letusan dahsyat tahun 1963 telah mengurangi tinggi gunung ini yang semula 3.142 meter.

Untuk menuju Gunung Agung melalui Pura Besakih, pendaki dapat memulai perjalanan dari kota Denpasar dengan jarak tempuh sekitar 25 km atau pendaki dapat menempuh perjalanan dari kota Semarapura (Kab. Klungkung) ke Pura Besakih menggunakan angkutan umum bemo dengan biaya sekitar Rp. 5000,-. Ini salah satu tujuan Liburan Bali yang sangat di gemari oleh wisatawan dari mancanegara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar